Laman

Sabtu, 12 Maret 2011

Kepada Gadis Penggesek Violin


Beranjak keremangan subuh,
temaram mentari berbagi dengan kabut pagi.
saat beranda ini masih sepi,
lampu disudut  menyala menghabiskan
geliat-geliat malam.

Hening..
terhenti sesaat gerak mengenali diri.
sejenak terasing, pandang kepada hati melambat.
perlahan rona berbalik melekat pada citraan
diri yang seolah dilihat oleh semua tampakan pagi ini;
sebuah diri yang kecil, begitu lusuh
dan sebentuk semangat yang compang-camping.

Pagi telah melihat diriku gamang.
waktu yang beranjak seakan melambat,kemudian
terhenti.
semua yang masih tersisa untuk kurasakan,
luruh mengalun dalam bentang yang luas.
dimana hatiku, gerak pikiran dan
berbagai keangkuhan yang selalu kupelihara.
hilang bentuk, hilang rasa.

Kembali terhenti diri yang luruh mengalun
tersentak waktu yang berdetak kembali.
yang hilang bentuk, hilang rasa
muncul seperti tembok tinggi dan keras
di depan muka, menghantam keras.
seiring kesadaran yang muncul,
namun masih memberikan jarak
sehingga ada sebongkah ingatan untuk bertanya;
dimanakah gadis manis penggesek violin itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar